Beribadah dengan Sukacita
Mazmur 100:4
Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!
Ilustrasi Ibadah umat Israel yang dilakukan dengan sukacita
Renungan Hari Ini
25 Juni 2023
Setiap peribadahan selalu menggunakan tata ibadah, yaitu ada urutan yang menghubungkan antara rumpun-rumpun dan unsur-unsur yang ada di dalamnya. Ada empat rumpun di dalam tata ibadah, yaitu : Menghadap Tuhan, Pemberitaan Firman, Jawaban Umat, dan Pengutusan.
Berdasarkan isinya, misalnya : "Beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai " (Maz.100:2) dan "Masuklah melalui pintu gerbang-Nya ..." (Mazmur 100:4), maka Maz.100 termasuk rumpun menghadap Tuhan, khususnya sebagai nyanyian pembuka dan ajakan beribadah. Maz.100 adalah ajakan untuk memulai ibadah dengan sukacita. Sukacita adalah keadaan yang timbul dari suasana hati dan pikiran yang senang, tulus, dan tidak terpaksa. Dalam hal ini kita bisa melihat contoh dari kisah ibadah yang dilakukan oleh Kain dan Habel. Ibadah Habel diterima, sementara Kain tidak. Tentu ada alasan mengapa Tuhan tidak menerima persembahan (ibadah) Kain. Tuhan tidak bisa dikelabuhi dengan sikap dan perilaku pura-pura baik di hadapan-Nya. Tuhan sudah tahu apa yang telah diperbuat dan dipikirkan Kain sebelum melangkahkan kakinya dan setelah tiba di hadapan-Nya (tempat ibadah). Tuhan menghendaki suasana hati yang senang atau sukacita, tetapi tidak terjadi pada diri Kain, hatinya panas dan mukanya muram (Kej.4:6-7). Kain tidak menyesali, tidak minta pengampunan, tidak memohon pertolongan Tuhan agar Kain mampu mengendalikan diri serta tidak jatuh dalam pencobaan dan kesombongan.
Melalui Maz.100:4 ini kita juga diajak untuk beribadah dengan hati yang sukacita, yaitu : Pertama, sukacita memberikan waktunya kepada Tuhan. Sukacita dan berusaha mengatur waktunya agar dapat datang ke gereja untuk beribadah dengan saudara seiman yang lainnya, meskipun ada kendala dan ‘rintangan’ kesibukan, masalah rumah tangga yang sedang dihadapi; Kedua, sukacita dan serius mendengarkan khotbah meskipun kadang-kadang isi khotbahnya ‘nyentil’ sikap dan perilakunya yang tidak sesuai dengan firman Tuhan. Sehingga seharusnya bukannya marah dan ngambek, tetapi bersyukur karena tahu bahwa Tuhan sedang membangunkan imannya; Ketiga, sukacita karena menyadari bahwa kita dijadikan Tuhan. Dia adalah ‘Tuan’ dan kita hamba atau milik-Nya, dan kawanan domba Tuhan (Maz.100:3). Jadi bukan sebaliknya, kadang-kadang ingin menjadi tuan, meminta (berdoa) seperti memerintah dan memaksa-Nya. Kalau tidak dituruti, ‘mogok’ ke gereja, menyalahkan orang lain, dan menganggap dirinya saja yang merasa benar. Kecewa dan tidak mau menerima keputusan terbaik dari Tuhan.
Mari kita beribadah dengan rasa syukur dan rendah hati, baik melalui ibadah yang kita lakukan secara formal di dalam gedung ibadah maupun ibadah yang aktual di dalam kehidupan kita sehari-hari. Karena Tuhan tidak hanya melihat kehadiran kita dalam ibadah formal tetapi juga ibadah yang aktual. Tuhan memberkati.
Pdt.Sandino