Bersyukur Karena Keajaiban Tuhan

Mazmur 107 : 8-9

 

Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setia-Nya, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia, sebab dipuaskan-Nya jiwa yang dahaga, dan jiwa yang lapar dikenyangkan-Nya dengan kebaikan.

Ilustrasi perjalanan pulang bangsa Israel dari Babel ke Yudea

Renungan Hari Ini

27 Juni 2023


Mazmur 107 ditulis pada masa setelah pembuangan untuk mengingat kembali kasih dan keajaiban kuasa Tuhan yang telah membebaskan dan memulangkan umat Israel dari tanah pembuangan Babel dan berkumpul kembali di tanah airnya (Yudea). 


Penyertaan dan kuasa Tuhan pada saat perjalanan kembali bangsa Israel dari Babel ke Yudea diungkapkan oleh Pemazmur dalam berbagai macam cara, diantaranya adalah : Pertama, Allah mencukupi kebutuhan hidup umat-Nya (Maz.107:5).Pemazmur menghayati perjalanan kembali dari Babel ke Yudea seperti pengembaraan bangsa Israel di padang gurun ketika keluar dari Mesir menuju Kanaan (ayat 4). Agar tidak lapar dan haus Ia mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari selama perjalanan kembali. Di padang gurun mereka diberi manna dan air sesuai kebutuhan. Demikian juga ketika keluar dari Babel atau berangkat menuju tanah airnya, mereka dibekali dan dibantu penduduk Babel(bandingkan Keluaran 12:35-36 dengan Ezra 1:4); Kedua, Allah membebaskan dari kecemasan umat-Nya (Maz.107:6). Perjalanan dari Babel ke Yudea cukup jauh(bandingkan jarak Babel ke Yudea adalah Irak ke Yerusalem pada saat ini, kira-kira 974 km melalui jalan tol, atau sama dengan jarak Banyuwangi ke Cikampek kira-kira 996 km melalui jalan tol ditempuh dengan kendaraan mobil kira-kira 11-12 jam). Mereka pada saat itu berjalan kaki terdiri dari anak-anak sampai lansia dan alat angkut dan transportasi keledai, unta dan kuda. Memikirkan setiap rintangan yang harus mereka hadapi, mereka cemas tetapi Tuhan meneguhkan hati mereka; Ketiga, Allah memandu dan menuntun perjalanan umat-Nya (Maz.107: 7). Perjalanan dari Babel ke Yudea melalui perjalanan darat, jalan kaki, menyertakan anak-anak, perempuan, dan orang lanjut usia tentu banyak rintangannya. Apalagi ketika melewati tempat-tempat baru dan masih asing. Bisa-bisa tersesat di tengah perjalanan. Tetapi Tuhan setia mendampingi dan menuntunnya sehingga mereka mampu tiba di tempat tujuan dengan selamat.


Belajar dari perjalanan bangsa Israel seharusnya membuat kita mawas diri dan tetap menaikkan syukur karena kasih setia-Nya terus menopang kita. Tuhan memenuhi kebutuhan hidup yang mendasar misalnya sembako, kebutuhan rasa aman dari kecemasan, serta tuntunan hidup melalui Firman-Nya agar mampu menjalani kehidupan yang benar dalam relasi dengan Tuhan dan sesamanya. Tuhan menghendaki kita berkomitmen lebih setia, taat, dan berserah mengikut Tuhan. Tuhan memberkati.


Pdt.Sandino