Gunung Batu Menjadi Kolam Air

Mazmur 114:7-8

Gemetarlah, hai bumi, di hadapan TUHAN, di hadapan Allah Yakub, yang mengubah gunung batu menjadi kolam air, dan batu yang keras menjadi mata air !

Ilustrasi mujizat Musa mengubah batu yang keras menjadi mata air

Renungan Hari Ini

28 Juni 2023


Tebing Breksi Jogja awalnya adalah tempat untuk menambang batu kapur  atau bebatuan oleh masyarakat sekitar. Mereka bekerja keras memecah batu, mengangkut dan menjualnya untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka.  Namun dengan memikirkan dampak kerusakan lingkungan akibat penambangan dan munculnya inovasi baru untuk mengembangkan lingkungan “eco green” sehingga mereka menutup dan mengubah fungsi menjadi destinasi wisata dan diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X pada tahun 2015. Lokasinya ditata dan tebing-tebingnya diukir sehingga menjadi tempat unik dan bernilai estetik. Tebing Breksi adalah salah satu lokasi wisata di daerah pegunungan batu, pegunungan batu yang sering dipahami sebagai tempat yang gersang dan tandus, atau kurang menghasilkan. Tebing Breksi adalah saksi alam atas perjuangan manusia yang berusaha untuk mengubah keadaan. Mengubah bukit batu menjadi tujuan tempat wisata, membuka inovasi dan geliat ekonomi berkelanjutan bagi warga sekitar.Mengubah bukit batu menjadi "kolam".


Mazmur 114  adalah tulisan pemazmur yang terinspirasi pada kisah keluarnya bangsa Israel dari Mesir. Ada pergumulan umat Allah dan kuasa Allah yang mengubah (membebaskan). Allah membebaskan bangsa Israel dari ancaman tentara Firaun (Maz.114:3a), rintangan alam yang sulit menyeberangi sungai Jordan (Maz.114:3b dan 5b), serta meneguhkan keputusasaan umat Israel menghadapi pergumulan di padang gurun yang gersang, tandus dan penuh dengan bebatuan (Maz. 114:7-8) khususnya di Masa dan Meriba ketika orang Israel bersungut-sungut dan mengeluh. Lalu Tuhan menunjukkan kuasa-Nya, membuat gunung batu memancarkan air. Campur tangan Tuhan mengubah gunung batu menjadi kolam air dan batu keras menjadi mata air (Maz.114:8; band.Kel.17:1-7)mempunyai tujuan untuk menunjukkan bahwa Tuhan bersama umat-Nya dan peduli kepada mereka. Oleh karena itu sesungguhnya mereka tidak perlu bersungut-sungut dan menyalahkan orang lain (kepada Musa, apalagi kepada Tuhan). Tuhan menghendaki umat-Nya berpikir tenang, menggunakan logika dan imannya, dan akhirnya mampu bekerja sama dan sama-sama bekerja mencari sumber air (solusi) dan akhirnya menemukan. Demikian juga yang telah dilakukan oleh Musa bersama para tua-tua, mereka mengikuti petunjuk Tuhan mencari solusi dan berusaha menemukan sumber air tersebut di mana Tuhan sudah menanti dan menunggu di hadapan mereka ketika Musa memukulkan tongkatnya di bukit batu tersebut.


Bagaimanakah dengan kita ketika menghadapi masalah? Bukankah kadang-kadang kita juga masih suka bersungut-sungut, bukannya tenang berdoa dan mencari solusi dengan baik. Marah dan menyalahkan orang lain, tetapi tidak mau memberikan masukan yang konstruktif. Suka mencela, tidak percaya pada pikiran dan hasil kerja keras orang lain, tetapi jika diberi kesempatan suka menolak dan tidak bertanggungjawab. Oleh karena itu mujizat Tuhan bukan hanya yang nampak dari bukit batu yang memancarkan air, melainkan memecahkan "hati dan pikiran kepala batu" sehingga akan mengalirkan pikiran-pikiran positif, konstruktif, dan inovatif. Dengan iman dan semangat yang tinggi mampu bekerja sama mengukir "bukit-bukit batu kesulitan" menjadi "kolam kehidupan". Jangan tunggu keadaan (yang tidak baik) mengubahnya.Tuhan Yesus memberkati.


Pdt.Sandino