Keterasingan Manusia Di Era Digital
Ezra 10:11
Tetapi sekarang mengakulah di hadapan TUHAN, Allah nenek moyangmu, dan lakukanlah apa yang berkenan kepada-Nya dan pisahkanlah dirimu dari penduduk negeri dan perempuan-perempuan asing itu!Ilustrasi orang yang tidak diperhatikan karena pengaruh hp
Renungan Hari Ini
15 Mei 2023
Keterasingan dalam sebuah komunitas bisa terjadi oleh karena seseorang telah meninggalkan tata cara dan sikap yang seharusnya dilakukan di tengah-tengah komunitasnya.
Belajar dari sikap Ezra mengusir atau mengasingkan setiap istri dan anak mereka yang berasal dari bangsa lain penyembah berhala dari tengah-tengah persekutuan mereka adalah sebagai berikut : Pertama; Terjadinya keterasingan dengan Allah dan sesamanya. Dalam kaca mata iman, seseorang bisa mengalami keterasingan dirinya dari Tuhan, ketika meninggalkan, menjauhi, melupakan, serta tidak mentaati kehendak Allah dan firman-Nya. Ezra memahami bahwa di dalam persekutuan umat Tuhan yang telah pulang dari pembuangan ada yang telah meninggalkan, menjauhi, dan tidak lagi mentaati perintah Tuhan dan Firman-Nya. Mereka yang tidak mau mengambil bagian di dalam ibadah dan kehidupan yang kudus di dalam Tuhan, diusir dari keluarganya dan dari persekutuan umat Tuhan (Ezr.10:3). Sebelum mereka diusir oleh Ezra, mereka sebenarnya sudah menjadi orang yang asing di antara saudara-saudara mereka. Namun keberadaan mereka ketika masih ada di tengah-tengah komunitas akan memberi dampak negatif, sehingga Ezra melihatnya sebagai “darurat iman” yang harus ditegaskan dengan mengusir atau mengasingkan mereka. Kedua; Keterasingan manusia di Era Digital. Digitalisme, menjadi “tuhan” baru dalam hidup manusia. HP, Gadget, dan bentuk media digital lainnya mampu menjadi alat yang memudahkan dan meringankan tugas, memberi kesenangan, tetapi juga telah merebut kasih sayang keluarga, games-games merebut perhatian anak-anak dari waktu dan tanggungjawabnya sebagai siswa yang harus belajar dan bersosialisasi dengan keluarga dan teman. Canda, tawa, dan kesedihan, diekspresikan bersama “mesin” teman virtualnya entah baik atau buruk, tulus atau culas perilaku lawan komunikasinya, tidak tahu.
Di era digital ini, kita memang harus menyambut dan memanfaatkan perangkat digital sebagai sarana penunjang kerja, komunikasi, dan pemberi hiburan. Tetapi jangan sampai benda asing ini menjadi “kekasih” kita melebihi keluarga kita, menjadi “tool” menggantikan otak kita, karena semuanya dianggap dengan mudah tinggal pencet-pencet dan dapat jawaban, tidak perlu belajar, menghafal, melatih, dst. Oleh karena itu jangan sampai “digitalisme” mengasingkan diri kita dengan Tuhan, keluarga, dan persekutuan umat-Nya. Tuhan memberkati.
Pdt. Sandino