Diam Itu Emas

Ayub 13:5

Sekiranya kamu menutup mulut, itu akan dianggap kebijaksanaan dari padamu.

Ilustrasi memberi tanda untuk diam


Renungan Hari Ini

24 Mei 2023

Diam adalah salah satu sikap manusia ketika merespons masalah. Diam dianggap bijaksana ketika tahu kapan harus berdiam dan kapan harus memberikan komentar atau bersakasi.

“Diam” atau tidak memberikan komentar dianggap bijaksana yaitu : Pertama; ketika seseorang tidak tahu persoalan yang sedang dibahas, sehingga tidak dianggap sebagai orang yang sok tahu. Kedua; meskipun tahu permasalahan tetapi ketika itu membuka aib dan dapat menyakitkan orang lain serta  menimbulkan masalah yang besar, maka berdiam diri adalah pilihan yang tepat. Ketiga; berdiam diri adalah tindakan empati. Seseorang yang berdiam diri karena mau mendengar dengan penuh perhatian adalah bentuk perhatian seorang sahabat. Meskipun berdiam diri, tetapi menghibur, menenangkan, menopang, dan memberikan semangat. Elifas, Bildad, dan Zofar adalah teman-teman Ayub yang tidak berempati terhadap penderitaan Ayub. Mereka bersikap menggurui dan menghakimi, merasa seakan-akan tahu penyebab Ayub menderita. Mereka menuduh bahwa Ayub telah berdosa dan melakukan kesalahan. Oleh karena itu mereka menasihati agar Ayub bertobat dari kesalahannya. Meskipun Ayub telah menunjukkan kesalehannya (Ayub 1:5; 6:22), tetapi mereka meragukan kesalehan Ayub, ketidak tulusan dan kesungguhan Ayub, sehingga Allah tidak menerima persembahan dan kesalehannya, lalu menghukum Ayub.

“Diam” adalah menunjuk kepada kehati-hatian dalam menyimpulkan sesuatu yang belum tahu kepastiannya. Kadang-kadang  berita hoaxs dianggap kebenaran, diperjuangkan mati-matian, menimbulkan korban yang tidak salah dan berdosa karena mempercayai sesuatu yang tidak jelas kebenarannya. Apalagi kebenaran yang dibuat-buat dan direkayasa lebih menyesatkan orang lain yang mempercayainya.  Demikian juga ketika menilai seseorang. Kita tidak  bisa menilai sesama hanya dari penampilan luar dan sesuatu yang sedang terjadi dalam kehidupannya.Karena kita bukan seorang hakim, yang punya hak untuk menghakimi dan menjatuhkan hukuman di pengadilan. Kita juga bukan seorang polisi yang punya hak untuk menginterogasi seorang yang diduga punya kesalahan.  Atau seorang petugas administratur yang sedang memverifikasi data dan rekam jejak seseorang  layak atau tidak untuk diterima atau ditolak sesuai dengan kriteria lembaganya. Oleh karena itu jika harus diam, diamlah, dan jika harus bicara, bicaralah. Pengkhotbah mengatakan : Segala sesuatu ada waktunya “..., ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara;”(Pengkhotbath 3:7b). Diam itu emas, karena kita tahu kapan kita harus berbicara.  Tuhan memberkati.

Pdt. Sandino