Diuji Menjadi Emas Murni
Ayub 23:10
Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas.
Renungan Hari Ini
26 Mei 2023
Emas dengan kadar 24 karat disebut juga dengan logam mulia atau emas murni. Agar memiliki kadar emas yang murni logam emas harus dilebur di dalam dapur api sehingga memisahkan unsur-unsur lainnya yang bukan emas, seperti perak dan tembaga.
Ayub menyadari bahwa penderitaan yang sedang dialami bukanlah sebuah hukuman tetapi salah satu proses pembentukan dirinya menjadi lebih baik. Allah sedang menguji dirinya seperti emas yang dilebur dan dimurnikan di dalam dapur api. Pengalaman hidupa Ayub berbeda dengan pandangan teologi kemakmuran, yang mengatakan bahwa orang yang sukses dan makmur hidupnya adalah orang yang diberkati Tuhan. Sedangkan orang yang hidupnya tidak sukses, tidak makmur, miskin dan menderita adalah tidak diberkati Tuhan. Oleh karena itu mereka beranggapan, orang Kristen tidak seharusnya mengalami kesusahan, apalagi kemiskinan. Kitab Ayub membantah keyakinan ini. Bukankah Iblis juga bisa menawarkan kesuksesan dan kemakmuran duniawai (Luk.4:6-7). Ayub bukan saja kehilangan hartanya dan menjadi miskin, ia pun menderita sakit yang membuat kulitnya dipenuhi oleh berenga/cacing (Ayub 7:5). Sungguh suatu penderitaan yang teramat besar! Memang, Kitab Ayub penuh dengan kepedihan dan pembacanya akan merasakan kepedihan yang dalam itu. Kitab Ayub 6-7, merupakan salah satu bagian yang paling menyedihkan dari Kitab Ayub dan bahkan dari seluruh Alkitab, yaitu ungkapan yang mengatakan : "Kiranya Allah berkenan meremukkan aku, kiranya Ia melepaskan tangan-Nya dan menghabisi nyawaku!" (Ayub 6:9,10; 7:16,20). Dalam menghadapi penderitaan, Ayub mendekatkan diri kepada Tuhan. Mendekatkan diri kepada-Nya dan menerima ujian dari Tuhan, bukan berarti merasa senang dan bangga dengan penderitaannya. Tetapi mau menerima ujian dengan semua implikasi yang terkait dengan ujian yang harus dijalani. Ayub mendekatkan diri kepada Tuhan, membawa semua kepedihan, kebingungan, dan kekecewaan ini kepada-Nya. Dalam ketidakmengertian tentang penderitaan yang dialaminya, Ayub tidak lari dari Tuhan, justru sebaliknya, ia mendekatkan dirinya kepada Tuhan.
Bagaimanakah dengan kita ketika menghadapi penderitaan? Apakah kita lari dari-Nya ataukah kita lari kepada-Nya? Larilah kepada-Nya karena hanya Dialah yang mengerti keberadaan kita dan yang memedulikan kita. Jikalau kita tidak sanggup Tuhan menopang dan mengangkatnya. Dia selalu berada disamping kita selama 24 jam. Melalui firman-Nya, Dia memberi semangat, memotivasi, menegakkan kembali ketika kita jatuh, sehingga akhirnya sampai ke finish. Dia sedang menguji anak-anak-Nya yang tetap setia dan tidak berpaling dari-Nya. Allah menguji anak-anak-Nya agar menjadi seperti emas murni. Mulia luar dalamnya, bukan hanya di hadapan manusia, tetapi di hadapan Tuhan. Tuhan memberkati.
Pdt. Sandino