Cara Allah Membentuk Umat-Nya

Ayub 33:14

Karena Allah berfirman dengan satu dua cara, tetapi orang tidak memperhatikannya.

Ilustrasi tentang perjalanan hidup Ayub


Renungan Hari Ini

29 Mei 2023

Manusia memiliki keterbatasan. Keterbatasan untuk mengenal dirinya sendiri, mengenal orang lain, apalagi mengenal Allah. Allah tidak pernah kehabisan cara. Cara dan kuasa-Nya mengatur dan bertindak atas manusia dan alam yang diciptakan-Nya, tidak bisa diselami oleh hikmat manusia.

Elihu adalah orang muda, salah satu dari keempat sahabat Ayub. Dia mempersalahkan Ayub karena berani mempertanyakan kebijaksanaan Allah bahkan mempersalahkan keadilan Allah (Ayub 33: 12-13). Lebih lanjut, Elihu menyatakan pandangannya bahwa penderitaan merupakan salah satu cara Allah menyatakan diri dan kehendak-Nya kepada manusia. Allah bisa berfirman melalui mimpi, mengingatkan mereka agar setia dan taat (Ayub 33: 15). Akan tetapi, Ia juga bisa menegur manusia berdosa dan sombong melalui berbagai hukuman untuk menghindarkan mereka terjerumus pada kebinasaan (Ayub 33: 16-18). Melalui penderitaan yang bertubi-tubi, manusia disadarkan akan kefanaan dirinya dan kebergantungannya secara penuh akan Allah, Sang Sumber Hidup, supaya manusia bertobat dan mengalami pemulihan (Ayub 33: 19-22). Akhirnya akan nyata bagi manusia bahwa Allah adalah kasih (Ayub 33 :  26-28). Tujuan-Nya agar manusia kembali setia kepada-Nya dan mensyukuri segala anugerah pemeliharaan-Nya. Dengan demikian, hidup manusia akan "baru," yakni hidup yang diterangi oleh cahaya hidup ilahi sebab ditebus oleh Allah sendiri (Ayub 33 : 30).

Pemikiran Elihu tentang penderitaan menolong kita untuk menyadari tentang keterbatasan manusia. Sebagai anak-anak Tuhan yang sudah ditebus, kita meyakini kasih Allah yang jauh lebih besar daripada keterbatasan rasio kita. Terkadang Allah memakai jalan yang sulit untuk membentuk kita agar lebih peka kehendak-Nya demi kebaikan kita. Penderitaan salah satu cara Allah membentuk karakter tahan uji dan kesetiaan kita kepada Dia, menjadi tegar dan berempati kepada sesama yang menderita. Karena penderitaan di dalam diri orang percaya menjadi sarana yang membentuknya menjadi umat yang setia dan manusia yang tahan uji. Tuhan memberkati.

Pdt. Sandino