Kuasa Dan Kasih Allah Di Balik Setiap Peristiwa
Ayub 39: 37-38
Sesungguhnya, aku ini terlalu hina; jawab apakah yang dapat kuberikan kepada-Mu? Mulutku kututup dengan tangan. Satu kali aku berbicara, tetapi tidak akan kuulangi; bahkan dua kali, tetapi tidak akan kulanjutkan."
Ilustrasi tentang kuasa Allah atas alam ciptaan-Nya
Renungan Hari Ini
30 Mei 2023
Manusia sebenarnya tidak layak berbantah dengan Allah. Berbantah tentang tindakan Allah berdasarkan hikmat dan kebijaksanaan-Nya.
Respons Ayub : "menutup mulut dengan tangan" dan ungkapan : "satu kali... bahkan dua kali...." (Ayub 39: 37-38) menunjukkan kesadaran Ayub. Sebagai ciptaan yang rendah dan hina, Ayub tidak layak untuk menantang, berbantah atau mengecam Allah. Ayub menyadari bahwa dirinya tidak setara dengan Allah. Oleh sebab itu seperti seorang hamba di hadapan rajanya, "mulutku kututup dengan tangan." Ayub akan menjaga bicaranya. Tindakan Ayub ini berdasarkan dua hal yaitu : Pertama, bahwa derita yang dialaminya berhubungan dengan hikmat Allah yang tak terselami oleh hikmat manusia yang terbatas. Kedua, bahwa kebesaran Allah dan tindakan-Nya yang terungkap dalam berbagai realita pun tak sanggup dipahami oleh keterbatasan akal budi manusia.
Kemahakuasaan dan keadilan Allah bukan hanya dinyatakan ketika Dia menghukum orang yang fasik atau jahat, ketika bertindak menguji orang yang benar seperti Ayub, bahkan kemahakuasaan-Nya juga dinyatakan melalui keadilan dan kasih-Nya yang sekaligus dinyatakan melalui pengorbanan Allah melalui diri Yesus. Allah melalui Yesus menanggung dosa manusia, menebus dan menerima hukuman ganti hukuman yang harus diterima oleh manusia yang berdosa. Hikmat inipun tidak bisa dipahami oleh dunia sehingga ada sekelompok manusia yang tidak mau menerima karya penyelamatan Yesus sebagai wujud kehadiran dan kasih Allah ini.
Oleh karena itu memahami kuasa dan kasih Allah serta kedaulatan-Nya di balik setiap peristiwa menjadi sangat penting karena Tuhan tetap pengendali utamanya. Tuhan memberkati.
Pdt. Sandino